Sabtu, 16 Agustus 2008

Info Kita


Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta telah memastikan bahwa daging yang dijual di Ibukota adalah daging segar, masyarakat tetap diharapkan mengetahui secara persis ciri-ciri daging glonggongan.

Menurut Asmin (42) salah seorang pedagang daging Pasar Cipete Jakarta Selatan, Selasa (9/9), daging glonggongan biasanya cenderung lebih berair dibandingkan daging sapi murni.

Selain itu, menurut dia dari tampilan warnanya juga dapat diketahui apakah daging sapi itu segar atau tidak.

Sedangkan pedagang di Pasar Mayestik, Udin (35) mengatakan, daging glonggongan biasanya kondisinya agak rapuh sehingga tidak bisa dijadikan untuk sejumlah produk olahan daging seperti bakso.

Kepala Seksi Pengawasan dan Penertiban Suku Dinas Peternakan, Sabdo Kurnianto mengatakan, ciri-ciri umum daging glonggongan aantara lain dagingnya berwarna pucat dan memiliki kandungan air yang sangat tinggi.

Selain itu, ujar Sabdo, harga daging glonggongan yang ditawarkan juga relatif lebih murah dari harga daging sapi asli yang segar.

Sementara Nur Wahid dari Lembaga Pengkajian Pangan MUI mengatakan, daging sapi yang masih baik berwarna merah terang dan lemaknya berwarna kekuningan.

Nur Wahid juga menganjurkan, agar ketika membeli daging sapi agar memilih dan masih melihat wujudnya misalnya bagian paha, iga, atau singkil, sehingga tidak ragu bahwa daging yang dibeli itu bukan daging campuran.

Hindari daging campuran yang sudah tidak dapat diidentifikasi karena daging oplosan biasanya terdiri dari berbagai bagian tubuh hewan yang sudah dipotong-potong kecil sehingga tidak terlihat jelas bagian daging apa yang ditawarkan oleh penjual.

Hasil penelitian Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan DKI Jakarta dalam kurun waktu enam bulan terakhir terhadap 15 rumah pemotongan hewan (RPH) dan 93 pasar tradisional menunjukkan bahwa tidak ada daging glonggongan atau daging campuran, dan juga daging yang terkena antraks, yang beredar di tengah masyarakat di Ibukota.(Ant/OL-01)

sumber: media indonesia.com

Jumat, 15 Agustus 2008

Bisnis Info




SURABAYA - Untuk mempermudah pasokan elpiji di Jatim, Pertamina akan menambah empat unit SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji). Dari 10 SPPBE di Jatim saat ini, dua milik Pertamina dan delapan swasta.

Menurut Humas PT Pertamina Region V Eviyanti Rofraida, penambahan itu dilakukan antara lain untuk mengantisipasi lonjakan kebutuhan elpiji bagi rumah tangga. Ini terkait dengan program konversi minyak tanah (mitan) ke gas.

''Dua SPPBE dibuka di Jombang, serta masing-masing satu di Blitar dan Lamongan. Akhir tahun ini sudah akan beroperasi,'' ujarnya kemarin (10/9).

Saat ini delapan SPPBE swasta tersebar di Surabaya (2), Sidoarjo (1), Gresik (1), Pasuruan (1), Kediri (1), dan Malang (2). Sedangkan SPPBE milik Pertamina ada di Malang dan Jember. ''Ada sekitar 30 perusahaan yang ajukan izin pendirian SPPBE. Saat ini masih tunggu Jakarta,'' katanya.

Dia menyebut keterbatasan SPPBE menjadi salah satu kendala internal Pertamina dalam melaksanakan program konversi mitan di Jatim. Sebab, kemampuan SPPBE dalam pengisian elpiji 3 kg di Jatim selama Januari-April lalu hanya mencapai 85.800 tabung per hari. Lalu, sejak Juli lalu kapasitasnya ditambah jadi 121 ribu tabung per hari. (aan/dwi)

sumber :jawapos.com

klik dapat duit daftar gratis

Mau Duit???????